Warung Seafood Pecel Lele tuh dulunya bengkelnya Si Komeng. Beberapa
bulan lalu, berubah menjadi warung. Si Komeng pindah lapak ke seberang sungai. Nyempil
di atas tanah bersemen ukuran 4x4 meter. Sebetulnya ini tanah fasum (fasilitas
umum) untuk taman. Sepertinya developer nyantai aja, pura-pura gak tahu. Warga juga
gak ada yg protes. Semua orang hepi, yah asik-asik aja.
Idealnya jadwal mulung sampah ku dilakukan di sungai ini. Kan
ini sungai yg dekat dengan rumah. Wah ngebayangin kalau mau mulai mulung di
sini. Apa kata ibu-ibu tetangga yah. Nah begitulah rasanya menjadi pionir. Kalau
bisa mengalahkan rasa itu, dan bisa melakukan satu aksi, itulah intinya
bertelapak.
Idealnya lagi semua orang memikirkan sungainya
masing-masing. Minimal menjaga kebersihannya. Jadi kalau ada yg mau ngurug,
membuat bangunan baru, atau mau mengubah bentukan sungai, ada yg di kulo
nuwunin. Bukan seperti si bapak yg di Cilebut kemarin. Sungai adalah milik
Pengairan. Ah itu masih mending. Temennya si MB di Bojong lebih seru lagi. Sungai
adalah milik Tuhan.
Seakan-akan selesailah persoalan kalau semuanya sudah
dikembalikan ke Sang Penguasa Alam. Padahal sesungguhnya Tuhan mengajarkan
manusia untuk berpikir. Iqra, bacalah!
Mari membaca sungai ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar