Selasa, 23 April 2013

Kaumku (bukan kaummu?)


KAUMKU …

Di kakimu ibu tumbuh padi
Di kakimu ibu tumbuh ubi
Hutan kayu tegak berdiri
Daun rambati pinggir kali

Di kakimu ibu, tumbuh mata air
Di kakimu ibu tumbuh karang
Pedayung sampan menangkap ikan
Penyelam menuai udang

Jejakku membekas di bumi
Jejakku datang dari hati
Kasihmu menuntun jiwa sejati
Tuk keadilan di negri
yang gersang jadi hijau
sungai mengalir lagi
karang dan bakau lestari

Oh..kaumku
Oh..kaumku
Oh..kaumku

Oh..kaumku
Oh..kaumku
Oh..kaumku

Tanah-tanah dan laut kaumku
Semua warisan leluhur
Tak kan kau rampas dan kau hancurkan !!!!!!!!
Sumber ku hidup

Aku berjaga, ku berkarya
Mencipta dengan cinta
Engkau sahabatku, gandeng tanganku
Tapaki bumi pertiwi

Oh..kaumku
Oh..kaumku
Oh..kaumku



Oh..kaumku
Oh..kaumku
Oh..kaumku

Selasa, 02 April 2013


tukang jait keliling dan pengelolaan air di DAS Ciliwung

membosankan sekali semua orang ditanyain soal pengelolaan air di Indonesia. Apa mau dikata, kalau udah punya ide di kepala, kemanapun pergi hanya itu saja yg terbayang. Ya lah. Tapi cari cara kreatif dong untuk ngajak orang. Kalau berkisar di begituan terus, garing lah. Kalau mau bilang sesuatu tuh komprehensif, yah cara menyuguhkannya juga musti lengkaplah sajennya.

Apakah tukang jait keliling termasuk Kelompok Pengguna Air (KPA) di DAS Ciliwung? Ya! Memang bukan pengguna langsung seperti petani atau tukang kolam ikan. Mereka ini kan menggantungkan hidupnya atas air. Kalau kualitas air jelek, atau jumlahnya berkurang, pusinglah kepala tuh kelompok petani. Tapi tukang jait keliling tidak ikut pusing kalau air Sungai Ciliwung keruh. Tukang jait keliling akan pusing kalau baju murah selundupan dari Cina masuk membludak ke Indonesia. Dan tidak ada orang yg mau jahitin baju.

Apakah tukang jait keliling tidak bertanggung-jawab atas Sungai Ciliwung? Ya! Semua orang yg tinggal di DAS Ciliwung bertanggung-jawab atas kelestarian dan pengelolaan Air Ciliwung. Walaupun rumah kontrakannya nih bapak tidak di pinggir sungai, tapi dia menggunakan air tanah yg terdapat di Cekungan Air Tanah Ciliwung. Air kotor yg dipakai sehari-hari nih bapak juga mengalir ke Sungai Ciliwung, sebelum akhirnya masuk ke laut.

Bagaimana bentuk keterlibatan tukang jait keliling dalam pengelolaan Air Ciliwung? Nah ini baru pertanyaan. Saya juga sedang memikirkan bagaimana bentuk yg ideal, sebagai individu maupun secara kolektif.

Model KPC (Komunitas Peduli Ciliwung) (http://tjiliwoeng.blogspot.com/ ) adalah mengajak warga agar secara bersam-sama mempunyai kesadaran terhadap Ciliwung. Bentuk kegiatannya sederhana banget. Mulung sampah plastik setiap Sabtu pagi di Sungai Ciliwung, mulung bibit Beringin dan Nyamplung dan menuliskan setiap pengalaman dan pembelajaran di blogspot Tjiliwoeng Dreams.

Tukang jait keliling akan diminta juga untuk menulis blog? Hahahaaaa .... ampun deh

Senin, 01 April 2013

sungai dekat rumahmu

Ini poto sungai yg mengalir di sebelah bengkel sepeda Si Komeng. Airnya mengalir deras. Ukuran sungainya relatif kecil, lebar 5-6 meter, dengan kedalaman 4-5 meter. Orang situ menyebutnya Sungai Ciparigi. Aliran ke Ciliwungnya, dimana yah? Gak ada yg jawab ketika pertanyaan itu terungkap pagi ini.

Warung Seafood Pecel Lele tuh dulunya bengkelnya Si Komeng. Beberapa bulan lalu, berubah menjadi warung. Si Komeng pindah lapak ke seberang sungai. Nyempil di atas tanah bersemen ukuran 4x4 meter. Sebetulnya ini tanah fasum (fasilitas umum) untuk taman. Sepertinya developer nyantai aja, pura-pura gak tahu. Warga juga gak ada yg protes. Semua orang hepi, yah asik-asik aja.

Idealnya jadwal mulung sampah ku dilakukan di sungai ini. Kan ini sungai yg dekat dengan rumah. Wah ngebayangin kalau mau mulai mulung di sini. Apa kata ibu-ibu tetangga yah. Nah begitulah rasanya menjadi pionir. Kalau bisa mengalahkan rasa itu, dan bisa melakukan satu aksi, itulah intinya bertelapak.

Idealnya lagi semua orang memikirkan sungainya masing-masing. Minimal menjaga kebersihannya. Jadi kalau ada yg mau ngurug, membuat bangunan baru, atau mau mengubah bentukan sungai, ada yg di kulo nuwunin. Bukan seperti si bapak yg di Cilebut kemarin. Sungai adalah milik Pengairan. Ah itu masih mending. Temennya si MB di Bojong lebih seru lagi. Sungai adalah milik Tuhan.

Seakan-akan selesailah persoalan kalau semuanya sudah dikembalikan ke Sang Penguasa Alam. Padahal sesungguhnya Tuhan mengajarkan manusia untuk berpikir. Iqra, bacalah!
Mari membaca sungai ...